Jumat, 29 Januari 2010

Rabu, 19 November 2008

Duluan Mana , Telor atau Ayam ?


Dulu aku pernah ditanyakan mengenai sebuah pertanyaan klasik yaitu mengenai lebih dahulu mana antara telur atau ayam. "Ondeh Mandeeh, iyo indak tau ambo doh " (logat Jakarta : "Ya Ampuun, gue kagak tau gilaa !") , paling-paling begitu saja jawabanku, karena bagaimanapun aku belum pernah memasuki dunia perayam-an ataupun dunia pertelur-an, paling juga sukanya tidur-tidur ayam ,jadi yaa ayam sorry saja aku tidak begitu peduli dengan masalah telur ayam ataupun ayam telur.

Tapi semenjak kemarin, setelah aku secara iseng membaca-baca blog orang lain mengenai duluan mana sih telur dan ayam, aku akhirnya tertarik untuk membahas tentang topik ini. Nggak penting banget sih., cuma mau nulis-nulis aja, apalagi tiap hari aku ketemu sama telur dan ayam (maksudnya ketemu ayam kalau sudah digoreng, dan ketemu telur kalau sudah didadar :). Jadi demi alasan moral dan ke-ayaman sedunia, aku merasa perlu membuat klarifikasi mengenai status ayam dan telur ini agar tidak terjadi silang sengketa dan fitnah yang besar diantara keduanya. Moga-moga klarifikasi dan analisa ku ini mendapat perhatian dari organisasi perayaman sedunia (WAI -World Ayam International).

Baiklah, sekarang kita mulai menganalisa ke dua sisi yaitu ayam dan telur.

Tapi sebaiknya perlu diingat bahwa dalam penganalisaan ini kita perlu menempatkan ayam dan telur dalam posisi yang sederajat, maksudnya adalah ayam dan telur diasumsikan adalah dua benda baru yang tidak pernah kita kenal sebelumnya., sehingga status dan ke-derajatan keduanya dianggap sama (walaupun kalau makan nasi berlauk telur beda derajat harga kalau dibandingkan makan nasi berlauk ayam :) , ini kayaknya penghargaan berlebihan manusia terhadap usaha telur yang menetas dan berolahraga, lalu berkokok dengan gagahnya setiap hari, dan akhirnya merelakan dirinya disembelih oleh tukang jagal ayam, hehe)

Eh, tapi sebentar, kalau ada yang belum tau mengenai pertanyaan klasik ini, rasanya aku perlu membuat pengenalan dulu mengenai judul diatas itu.

Lebih dahulu mana, ayam atau telur ayam ?. Pertanyaan ini sebenarnya adalah ungkapan peribahasa seperti layaknya peribahasa 'Bagaikan makan buah simalakama, dimakan ibu mati, tidak dimakan ayah mati'. 'Lebih dahulu mana, ayam atau telur ayam ?' adalah peribahasa juga yang menggambarkan kesusahan si penutur dalam menjelaskan dua masalah yang saling berhubungan sebab akibat, dimana satu permasalahan tidak akan terselesaikan jika permasalahan yang satunya lagi tidak terselesaikan. Contoh nyata dari pernyataan ini misalnya adalah masalah penumpukan sampah di bandung dengan ketersediaan lahan sampahnya. Jika lahan sampahnya mencukupi, maka penumpukan sampah tidak akan terjadi, tetapi lahan sampah tidak akan bisa diluaskan kalau tidak ada dana, dan dana ini berasal dari dana pajak masyarakat untuk sampah. Sementara masyarakat yang merasa bahwa sampah mereka tidak terangkut dengan baik, banyak yang menolak membayar pajak sampah. "Ngapain gua bayar pajak sampah, sampah gua aja nggak diangkut angkut selama 3 hari ! huuuhhh ". Akhirnya dana dari masyarakat untuk pembelian lahan baru untuk sampah tidak akan terkumpul. Akhirul kalam, penumpukan sampah akan terus terjadi sementara menunggu pajak yang terkumpul dari masyarakat.

Penentuan masalah yang manakah mesti diselesaikan dahulu untuk kasus ini menjadi perdebatan para ahli, dan biasanya mereka akan menyebut kondisi ini sebagai kondisi "seperti menentukan lebih dahulu mana, ayam atau telur". Dan begitu pulalah dengan kasus ayam dan telur ini.

Telur ayam sebenarnya adalah hasil produktif dari dua ayam yang memadu kasih, mencampurkan saripati dari gen-gen ayam jantan dan ayam betina. Sementara ayam sendiri adalah hasil dari telur yang berdiam diri selama beberapa minggu dalam kehangatan dan pembolak-balikan, dan pelan-pelan mulai menyeruak mencari celah di kehidupan nyata.

Kasus ini telah dirumuskan semenjak zaman dahulu kala, mungkin juga pada zaman batu ataupun zaman-zaman sebelumnya, yang pasti zaman yang sudah ada ayamnya, ataupun kalau belum ada ayamnya, yang penting ada burung-burungannya, kalau nggak ada juga, yaa minimal ada telur2 annya deh...

Akan tetapi mungkin ada yang didokumentasikan ataupun ada yang tidak didokumetasikan. Sejarah mencatat bahwa beberapa filosof Yunani mendokumentasikan permasalahan ini diantaranya Aristotle (384-322 BC), kemudian ada juga pemikir zaman modern semacam Stephen Hawking dan Christopher Langan. Pemikir modern lebih cenderung untuk memilih bahwa telur adalah benda yang terbentuk duluan dibandingkan ayam. Telur yang dimaksudkan ini terbentuk dari sepasang hewan bukan ayam, lalu ketika terjadi pencampuran DNA dari sepasang hewan itu, maka terjadilah mutasi menjadi zygote yang nantinya akan menjadi cikal bakal DNA nya ayam, dan demikian seterusnya (gilaaa, gaya benar gua., ehm.? silahkan dicek dulu di sini dan di sini ., benar apa kagak..,kalau benar dapat 10, kalau salah gua dapat 1, namanya juga usaha :) )

Tapi menurutku sebenarnya lebih dulu ayam daripada telur. Karena apa ? karena dari segi orisinalitas, keunikan, dan kelaziman, maka ayam adalah kandidat terkuat untuk mendahului telur. Dari sisi orisinalitas dan keunikan, maka ayam dengan itik lebih mudah dibedakan dibandingkan membedakan telur ayam dengan telur itik. Maka akan lebih masuk akal kalau penciptaan pertama adalah ayam dan itik, bukannya telur ayam dan telur itik. Dari sisi kelaziman telur menggambarkan hasil yang logis dari proses yang wajar, bukan proses mutasi seperti pemikir2 modern asumsikan. Jadi peristiwa dua ayam membentuk sebuah telur adalah proses yang tidak janggal., yang keberlangsungannya akan lebih langgeng menuruti kaidah hukum alam. Lagian memangnya darimana rasa mengasihi seekor ayam yang menetas dari telur kalau bukan dari ibu dan bapaknya telur tersebut..haalah.

Lho, terus mana analisanya ? kok gitu doang..
Yah., namanya juga tulisan iseng, makanya analisanya juga analisa iseng.
sudah aah, mau makan ayam sama telor dulu aja biar kenyang daripada capek2 mikirin ini..
yuuk..