Sabtu, 15 November 2008


Bumi Makin Panas

Beberapa hari yang lalu di sebuah stasiun televisi swasta nasional yang mendedikasikan acara-acaranya untuk berita, memberitakan bahwa suhu di Jakarta meningkat hingga pernah mencapai 38 derajat Celcius. Suhu seperti itu cukup membuat gerah orang-orang. Apakah ini salah satu gejala Global Warming? Mungkin saja. Kemarin, sewaktu seharian berkendara, saya ‘berhasil’ memperhatikan betapa orang-orang dengan santainya membuang sampah keluar dari jendela mobilnya. Entah itu dalam bentuk kertas tisu atau plastik. Orang-orang Jakarta memang jorok. Mereka tinggal di dalam tempat sampah. Dan kini, semua oranglah yang menuai hasil dari benih yang orang lain tanamkan.

Sementara itu, pada saat yang bersamaan perubahan cuaca dan iklim, terjadi peningkatan kejahatan dan degradasi moral. Beberapa hari yang lalu, diberitakan 2 Universitas di Jakarta terlibat tawuran. Sepertinya masalah kota ini masih kurang kalau cuman tawuran anak-anak sekolah, sampai-sampai yang ada kata ‘maha’ di depan kata siswa masih harus ikut membebani kota ini. Kalau di jaman dulu, kalau ada masalah, yang menyelesaikan itu cukup 2 orang saja, alias SATU LAWAN SATU. Sekarang, motor kesenggol aja, ngadu ke senior, terus bawa gengnya. Terus, yang didatengin gak mau kalah, ngumpulin gengnya juga. Yang jadi korban? Mobil T****A A****A orang lain. Siapa yang bayar kerugian? Semua angkat bahu dan pergi ngeloyor dengan bebas tanpa beban. Mungkin kalau sudah lulus kuliah, mereka bisa jadi presiden atau anggota DPR yang tidur terlelap selagi rapat.

Lalu, penolakan UU Pornografi. Pasti akan ada yang menyangkal bahwa ada hubungannya perubahan cuaca dan iklim dengan degradasi moral. Gak papa, penyangkalan itu manusiawi banget. Tapi, tidak bisa dielakkan lagi, bahwa perubahan cuaca dan iklim ini berbanding lurus dengan degradasi moral. Bahwa setiap usaha untuk menyelamatkan degradasi ini ada yang menghalang-halangi memang sudah jadi takdir. Sudah berapa kali kita baca berita bayi-bayi ditemukan di tempat sampah, di got atau di sungai? Apakah mungkin seorang ibu, walaupun dalam keadaan terpaksa melakukan aborsi, membiarkan jenazah bayinya dibuang di tempat yang layak untuk tempat buangan seperti itu? Logikanya, pastilah bayi-bayi itu lahir dari seorang “ibu” yang asusila. Padahal, jaman dulu kala, pernah terjadi juga bayi-bayi dikubur hidup-hidup. Sekarang, di jaman yang katanya peradabannya maju ini, malah mengikuti tren yang sudah pernah dilakukan orang-orang dulu: pernikahan sesama jenis kelamin, memakai baju yang tidak sopan, berciuman di tempat umum.

Lalu, siapa sebenarnya yang tidak beradab, siapa yang mereka sebuat tidak berpikiran maju kalau ada yang berusaha merancang UU Pornografi? UU Pornografi justru adalah usaha untuk membentuk peradaban. Banyak orang saking gelisahnya dengan UU Pornografi ini hingga tidak berpikir jernih. Masakan seni itu musti telanjang sih? Bukannya seni itu adalah kreatifitas? Kalau taunya cuman telanjang saja, maka senimannya yang salah, alias tidak kreatif. Bagaimana dengan budaya? Ini lagi. Ada yang bilang katanya UU Pornografi ini akan memberangus budaya negeri ini. Padahal, ada pasal-pasal pengecualian dalam UU Pornografi ini. Lagian, orang-orang yang sok budayawan itu, memangnya pergi ke kantor pakai kemben dan kebaya? Memangnya orang-orang yang kerja kantoran di Papua itu pergi ke kantor pakai koteka?

Dan, demikianlah terus berlanjut perang antara yang baik dan yang bathil. Ini sudah jadi takdir. Bumi yang semakin panas ini membuat orang lebih suka buka baju daripada kegerahan. Tapi, kita semua tidak perlu khawatir. Sejalan dengan makin tuanya bumi ini, life expectancy juga terus berkurang. Jadi, pergunakan waktu kita di dunia ini sebaik mungkin. Jangan salah mengambil pihak. Kita hanya punya satu kali saja kesempatan. Salah sekali, maka jalan itu yang akan terus kita jalani sesisa umur hidup kita. Buanglah sampah terus di jalan. Tawuran dan rusaklah fasilitas umum dan barang milik orang lain dengan tidak bertanggungjawab. Tolaklah terus UU Pornografi itu. Bumi ini toh akan terus panas dan tidak akan ada yang bisa menghalanginya. Itulah kenyataannya.

Tidak ada komentar: